Tindakan Keperawatan Dalam Praktik Keperawatan Profesional


PEMBAHASAN
TINDAKAN PERAWAT DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL

    1.    Definisi Perawat Professional
Perawa profesional adalah perawat yang mampu memberikan asuhan keperawatan berdasarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan keperawatan professional kepada klien, baik individu, keluarga, maupun masyarakat.

    2.    Profil Perawat Profesional
            Tampilan perawat secara utuh, dalam melakukan aktivitas keperawatan yang berdasarkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap professional yang sesuai dengan kode etik keperawatan (Hj. Nila Ismane, SKM). Aktivitas keperawatan mencakup perannya sebagai pelaksana, pengelola, pendidikan, dan penelitian dalam bidang keperawatan.
2.1  Peran Sebagai Pelaksana.
   Di sini perawat berperan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan untuk individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Dalam melaksanakan perannya tersebut, perawat menggunakan pendekatan pemecahan masalah pasien melalui proses keperawatan. Dalam hal ini, perawat bertindak selaku :
a.       Pemberi rasa nyaman (Comforter)
b.      Pelindung (protector) dan pembela (advocate)
c.       Komunikator yang berperan dalam memberikan penjelasan
d.      Mediator yang memberikan kemudahan pada pasien
e.       Rehabilitator yang bertugas mengembalikan kepercayaan terhadap keberadaan dirinya.
2.2  Peran Sebagai Pendidik atau Penyuluh, yaitu memberikan pemahaman kepada pasien atau klien, keluarga atau masyarakat yang ada di lingkup tanggung jawabnya tentang kesehatan dan keperawatan yang dibuthkan.
2.3  Peran sebagai pengelola, yaitu dapat mengelola asuhan keperawatan pada ruang lingkup tanggung jawabnya, termasuk membuat catatan dan laporan pasien.
2.4  Peran sebagai peneliti, yaitu mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsip-prinsip dan pendekatan penelitian untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
3.    Fungsi
3.1  Fungsi mengakaji kebutuhan keperawatan pasien, keluarga, kelompok, dan masyarakat serta sumber-sumber yang tersedia.
3.2  Fungsi merencanakan tindakan keperawatan sesuai dengan keadaan pasien dan tujuan asuhan keperawatan
3.3  Fungsi melaksanakan rencana keperawatan yang meliputi upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan, dan pemeliharaan kesehatan, termasuk pelayanan pasien atau klien dalam keadaan terminal.
3.4  Fungsi evaluasi, mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang dilakukannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan fungsi evaluasi.
3.5  Fungsi dokumentasi, mendokumentasikan proses asuhan berdasarkan kriteria yang berlaku.
3.6  Fungsi mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti atau dipelajari dan merencanakan studi khusus guna meningkatkan pengetahuan serta mengembangkan keterampilan dalam praktik keperawatan.
3.7  Fungsi untuk berperan serta dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan pada pasien atau klien, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
3.8  Fungsi kerjasama dengan disiplin lain dan terlibat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien atau klien, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
3.9  Fungsi mengelola keperawatan pasien/ klien dan berperan sebagai ketua tim dalam melaksanakan kegiatan keperawatan.
Selain peran, fungsi dan kompetensi yang perlu ditampilkan oleh perawat professional adalah sikap karena dalam melakukan praktik keperawatan professional diperlukan sikap yang menunjukkan perpaduan antara ilmu, etika, legislasi, dan standar praktik keperawatan. Selain itu diperlukan pula penguasaan terhadap ilmu-ilmu lain yang merupakan pendukung dalam pelaksanaan praktik keperawatan yaitu ilmu perilaku, ilmu antropologi dan sosial budaya, ilmu medis, dan ilmu agama. Karena ilmu-ilmu pendukung tersebut dapat berperan dalam pendekatan secara biopsikososio spiritual terhadap pasien atau klien dan keluarga serta kelompok masyarakat.
4.    Ciri- ciri Keperawatan Profesional :
4.1  Mempunyai pendidikan dasar.
4.2  Mempunyai pengetahuan yang unik dan keterampilan berdasarkan atas teori.
4.3  Memberikan pelayanan pada masyarakat.
4.4  Mempunyai otonomi dalam membuat keputusan dan praktik.
4.5  Mempunyai kode etik dalam praktik
4.6  Beberapa tingkatan status dalam peran
Persyaratan tersebut melekat dalam dasar keperawatan profesional. Keterampilan interpersonal  meliputi seluruh tindakan kemanusiaan yang menghargai tubuh, pikiran, dan jiwa dari orang lain. Hal melihat  pasien dengan keramahan, mendengarkan dengan empati, dan memberikan respon dengan perasaan kasihan. Perawat profesional memberikan lebih dari sekedar keterampilan teknis, walaupun keterampilan teknislebih banyak dibutuhkan. Adalah keterampilan interpersonal yang mempermudah pemberian asuhan, rasa percaya diri, dan penghargaan yang positif pada pasien dalam pandangan yang menyeluruh yang sangat bernilai dalam perawat profesional.


5.    Standar Asuhan Perawat Profesional
5.1  Pengkajian , perawat mengumpulkan data-data tentang kesehatan pasien.
5.2  Diagnosa, perawat menganalisa data hasil pengkajian dalam menentukan diagnosa.
5.3  Identifikasi tujuan, perawat mengidentifikasi tujuan yang diharapkan yang bersifat individual bagi pasien.
5.4  Perencanaan, perawat mengembangkan rencana perawatan yang menggambarkan tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
5.5  Implementasi, perawat mengimplementasikan tindakan yang diidentifikasi dalam rencana perawatan.
5.6  Evaluasi, perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap pencapaian tujuan.
6.    Standar Peranan Profesional
6.1  Kualitas Asuhan
Perawat secara sistematis mengevaluasi kualitas dan keefektifan praktek keperawatan.
6.2  Penampilan Peranan
Perawat mengevaluasi praktik keperawatannya yang berhubungan dengan standar praktik profesional dan status serta peraturan yang relevan.
6.3  Pendidikan
Perawat menghendaki dan mempertahankan pengetahuan baru dalam praktik.
6.4  Hubungan Kerekanan
Perawat ikut serta dalam pengembangan profesional sejawat, kolega, dan yang lain.
6.5  Etik
Keputusan dan tindakan perawat atas nama pasien ditentukan berdasarkan etik.
6.6  Kolaborasi
Perawat bekerja sama dengan pasien, orang terdekat, dan pemberi asuhan kesehatan yang lain dalam memberikan asuhan keperawatan.
6.7  Penelitian
Perawat menggunakan hasil temuan penelitian dalam praktik.
6.8  Penggunaan sumber-sumber
Perawat mempertimbangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan keselamatan, keefektifan, dan biaya perencanaan dan pemberian perawatan pasien.
7.     Macam – macam tindakan keperawatan profesional
7.1  Tindakan keperawatan bersifat otonomi
Tindakan keperawatan yang bersifat otonomi adalah tindakan dimana kebijakan – kebijakan yang diambil untuk mengambil keputusan terhadap pasien merupakan hak dan wewenang dari perawat itu sendiri tanpa ada interfensi dari profesi yang lain.
Contohnya adalah segala tindakan yang diperlukan untuk menunjang kebutuhan dasar hidup manusia.
7.2  Tindakan keperawatan bersifat kolaborasi
Menurut para ahli:
7.2.1        Baggs dan Schmitt (1988), ada atribut kritis dalam kolaborasi, yaitu :
a.       sharing perencanaan , pengambilan keputusan , pemecahan masalah, setting tujuan dan tanggung jawab.
b.      bekerja bersama-sama.
c.       koordinasi.
d.      komunikasi terbuka.
7.2.2        Kolaborasi menurut Virginia Handerson (1991) merupakan elemen essensial bermutu yang mengandung makna adanya kekuatan dan kontrol. Dalam kolaborasi terjadi proses interaktif yang dinamis melalui koordinasi, kerjasama, dan komunikasi  yang efektif sehingga dengan adanya kolaborasi yang baik diharapkan tujuan akan tercapai.
7.2.3        Kolaborasi menurut asosiasi perawat Amerika (ANA,1992) adalah hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada klien. Kegiatan yang dilakukan meliputi diskusi tentang diagnosis, kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling berkonsultasi atau komunikasi, serta masing-masing bertanggung jawab pada pekerjaannya.
7.2.4        Tindakan keperawatan yang bersifat kolaborasi adalah tindakan dimana kebijakan – kebijakan yang diambil untuk mengambil keputusan terhadap pasien yang akan dilakukan oleh perawat mendapatkan interfensi dari profesi yang lain.
Contohnya: salah satu contoh kolaborasi yang erat kaitannya dengan klien adalah kerja sama antara perawat dan dokter dalam memberikan asuhan kesehatan di rumah sakit. Hambatan dalam komunikasi antara dokter dan perawat adalah adanya gap dalam kemampuan dan keterampilan, sehingga terjadinya dependensi yang kuat dan ketidakseimbangan yang sulit dijembatani; untuk itu peran serta manajer keperawatan sangat dibutuhkan sehingga terjadi jalinan kerja sama yang baik diantara dua mitra tersebut.
Peran kolaborasi merupakan peran perawat dalam mengatasi permasalahan secara team work dengan tim kesehatan (Priharjo, Robert. 2003 : hal. 58).
7.3  Tindakan keperawatan bersifat delegasi
Mengacu pada perawatan tidak langsung – hasil yang diharapkan dicapai melalui kerja individu yang diawasi oleh perawat dan termasuk menetukan batasan tugas, menentukan siapa yang dapat melakukan tugas tersebut, mendeskripsikan hasil yang diharapkan, mendapatkan persetujuan, memantau performa, dan memberikan umpan balik kepada delegateterkait performa. National council of state board of nursing (NCSBN) menerbitkan lima “benar” pendelegasian : perawat mendelegasikan tugas yang benar, dalam situasi yang benar, kepada orang yang benar, dengan pengarahan dan komunikasai yang benar, dan pengawasan serta evaluasi yang benar (1995).
Contoh tugas yang dapat dan tidak dapat didelegasikan kepada staff bantu yang belum memiliki izin.
Tugas yang Dapat Didelegasikan
Tugas yang Tidak Dapat Didelegasikan

·         Mengukur tanda-tanda vital
·         Menghitung asupan dan haluaran
·         Memindahkan klien dan membantu ambulasi pasien
·         Melakukan perawatan postmortem
·         Memandikan
·         Memberi makan
·         Menimbang berat badan

·         Melakukan pengkajian
·         Menginterpretasi data
·         Membuat rencana asuhan keperawatan
·         Melakukan pungsi vena
·         Merawat jalur invasif
·         Melakukan prosedur steril
·         Memberi medikasi parenteral
·         Memasang selang nasogastric
kozier, dkk. 2004 : hal. 12, 13)
(kozier, dkk. 2004. Fundamental Keperawatan, Edisi 7. Jakarta : EGC).
































REFERENSI
      1. Brenda dan Linda. 1995. Panduan Tindakan Keperawatan Klinik Praktis (cetakan 1). Jakarta : EGC.
      2. Ismani, Nila. 2001. Etika Keperawatan (cetakan 1). Jakarta : Widya Medika.
      3. Sumijatun. 2011. Membudayakan etika dalam praktik keperawatan.Jakarta: Salemba Medika.
      4. kozier, dkk. 2004. Fundamental Keperawatan, Edisi 7. Jakarta : EGC).
5. Priharjo, Robert. 2003. Pengantar Etika Keperawatan (cet. Ke 6). Yogyakarta : kasnisius

0 komentar:

Post a Comment